Mengapa Australia Tidak Ingin Mari Alkatiri Jadi Perdana Mentri


"Para pengecam sering menuduh bahwa keberadaan Mari Alkatiri di Mocambique selama 24 tahun berarti dia adalah marxis yang kaku. Kenyataannya dia adalah nasionalis ekonomi dan berbicara keras menentang swastanisasi perusahaan listrik dan berhasil mendirikan farmasi “satu meja” meskipun ada penentangan dari Bank Dunia, tetapi ini bukan politik yang radikal."

Oleh Helen Hill



 
Mari Alkatiri


Sejak pemilihan umum tahun 2001 untuk anggota Majelis Konstituante Timor-Leste ketika Fretilin, partai yang paling lama melancarkan perlawanan, menang meyakinkan 54% suara melawan 14 partai lain, kedutaan Australia di Dili dan kebanyakan wartawan Australia tidak pernah kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpercayaan pada Perdana Menteri, Mari Alkatiri, Sekretaris Jenderal Fretilin.

Wartawan Bulletin Paul Tooley dan Eric Ellis terus menerus menyarankan penggulingan Alkatiri setiap kali mereka menulis mengenai Timor Leste. Surat kabar The Australian secara berkala memuat sebagai berita utama dedas-desus anti-Alkatiri yang mereka bisa dapatkan. Tetapi Jumat yang lalu, Jim Middleton pada berita malam ABC menduduki tempat utama mengenai ini dengan dengan bertanya-tanya “apa yang akan terjadi kalau Alkatiri memutuskan melawan?” seruan untuk pengunduran diri! Bukti yang diajukannya bahwa ada penentangan luas terhadap Alkatiri di dalam FRETILIN berasal dari sumber yang sangat patut diragukan, anggota Komite Sentral yang telah dipecat, Vicente Ximenes (Maubosy). Tetapi sikap seperti ini memuncak pada akhir minggu, Mark Vaile, Menteri Perdagangan, pada wawancara dengan Laurie Oakes yang disiarkan jaringan televisi Channel 9 seolah-olah mengatakan bahwa kapal-kapal perang Australia sedang menuju Dili pada Kongres FRETILIN mendatang. Bagi orang Timor Leste, ini mulai terlihat sebagai intimidasi.

Tuduhan-tuduhan terhadap Alkatiri sering menyebutnya “lari” ke Mocambique, padahal dia selalu bersama Jose Ramos-Horta setiap tahun pada debat mengenai Timor Leste di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Adalah Alkatiri yang menggarap pemikiran yang membuat Dewan Nasional Perlawanan Timor (CNRT) yang multi-partai mengadopsi “Magna Carta” –nya pada tahun 1998 yang mengaitkan kebijakan-kebijakan politik masa depan Timor Leste dengan standar-standar terbaik dalam praktek internasional yang berasal dari konferensi-konferensi PBB mengenai asasi manusia, lingkungan, kependudukan, perempuan, dan pembangunan sosial pada dasawarsa 1990an.

Para pengecam sering menuduh bahwa keberadaan Mari Alkatiri di Mocambique selama 24 tahun berarti dia adalah marxis yang kaku. Kenyataannya dia adalah nasionalis ekonomi dan berbicara keras menentang swastanisasi perusahaan listrik dan berhasil mendirikan farmasi “satu meja” meskipun ada penentangan dari Bank Dunia, tetapi ini bukan politik yang radikal. Ia berharap mendirikan perusahaan minyak milik negara dengan bantuan dari Cina, Malaysia, dan Brazil, yang memungkinkan Timor Leste mendapatkan manfaat dari minyak dan gas di daratan selain pendapatan yang akan diperoleh dari wilayah yang dimiliki bersama dengan Australia.

Pelajaran-pelajaran dari masa mereka berada di Mocambique telah membantu sejumlah Menteri yang sekarang mengelola Timor Leste untuk menghindari masalah-masalah seperti hutang internasional, yang sekarang ini membelit kebanyakan negara Afrika. Ada dukungan yang luas di Timor Leste pada keputusan Alkatiri untuk tidak mengambil hutang dari Bank Dunia di bawah Program Strategi Pengurangan Kemiskinan meskipun ini akan membuat selama beberapa tahun gaji pegawai negeri di Timor Leste sangat rendah. Kenyataannya, Bank Dunia masih sangat berminat memberikan uang hibah meskipun tetap menyediakan uang untuk hutang kalau pemerintah Timor Leste mengubah kebijakannya.

Mantan Perwakilan Timor Leste di PBB, Jose Luis Gutteres telah mengumumkan keinginannya untuk bersaing dengan Alkatiri pada Kongres FRETILIN mendatang. Sementara pencalonan adalah haknya sebagai anggota FRETILIN, sama sekali tidak pasti apakah dia akan menang. Orang-orang yang keberatan dengannya menuduh ‘beradda di luar’ di New York ketika Timor Leste menjalani tahun-tahun pertama kemerdekaan yang sulit dan tidak punya hubungan dengan masyarakat. Kaum intelektual muda di universitas nasional dan pimpinan organisasi-organisasi non-pemerintah Timor Leste, yang memuji pengetahuan ekonomi dan kemampuan Alkatiri untuk membela kepentingan Timor Leste melawan Bank Dunia, pemerintahan Australia (mengenai masalah Laut Timor) dan sejenisnya yakin bahwa Gutteres jauh lebih lemah dan kurang punya visi serta tidak punya pengalaman administratif. Keberhasilan Alkatiri menjadikan Dana Perminyakan sebagai cara untuk menghindari “kutukan sumberdaya”, kemampuannya untuk memilih menteri dan memecatnya kalau kerjanya tidak baik, dan dukungan kuat yang diberikannya kepada hak perempuan telah membuatnya mendapat sambutan luas di kalangan pendukung FRETRILIN. Masalah-masalah yang menyulitkannya mencakup undang-undang pencemaran nama baik yang menimbulkan kemarahan dari banyak media Timor Leste dan masalah pemecatan sejumlah prajurit pembangkang, yang dalam hal ini Alkatiri mendukung panglima angkatan bersenjata Taur Matan Ruak.

Tuduhan lain yang sering dikemukakan adalah Alkatiri ‘arogan’ dan kalaupun ini benar, dia telah meningkatkan secara besar-besaran konsultasi publik yang diselenggarakan tahun lalu. Berdasarkan Konstituti Semi Presidensial Timor Leste, presiden yang dipilih langsung dan harus menjaga hubungan denkat dengan rakyat, Perdana Menteri dianggap membutuhkan keahlian dan kemampuan untuk membuat departemen-departemen pemerintah berjalan dengan benar, mengangkat menteri-menteri yang baik dan mengusulkan prakarsa-prakarsa pembangunan baru. Dalam hal ini Alkatiri mendapatkan banyak pujian, bahkan dari kalangan yang tidak setuju dengan kebijakannya seperti Bank Dunia. Timor Leste jauh lebih mengontrol pembuatan keputusannya sendiri dibandingkan banyak negara kecil lain di Pasifik di mana konsultan-konsultan Australia sekarang ditempatkan untuk membuat keputusan-keputusan negara-negara tersebut.

Tetapi ada banyak kekurangan keahlian. Indonesia tidak melatih lulusan universitas untuk berpikir sendiri dan mengatasi msalah pembangunan; mereka dilatih untuk menjalankan perintah dari atasan dan jarang diberi tanggungjawab untuk managemen. Semua partai politik menghadapi masalah kekurangan orang yang punya keahlian yang diperlukan untuk menjadi menteri.

Kongres FRETILIN akan dimulai dan pemilihan akan berlangsung Jumat. Para calon akan diajukan dari apra peserta Kongres dan semua utusan (delegados) yang memberi suara. Sangat mungkin bahwa Dr. Alkatiri akan dipilih kembali, dan bahwa FRETILIN akan kembali memenangkan pemilihan umum, tetapi dengan mayoritas kecil, pada tahun 2007. Apa tanggapan media Australia dan pemerintah Australi mendatang?

Penerjemah, Anonim.
Versi bahasa Indonesia Stand up the real Mr. Alkatiri

The Age 1 Juni 2006

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsipius Doutrina Sosial Igreja No Prinsipius Filozofikus -Ideolojikus Fretelin

East Timor Revisited: Ford, Kissinger and the Indonesian Invasion, 1975-1976

Poezia Ida, Depois Festa Fulan-Agostu