Sajak-sajak F. Rahardi


F. Rahardi










Timor Timur

Seorang gadis Portugis menangis
air matanya tumpah di jalanan
debu menggumpal
batu pecah, retak-retak dan berdarah

Seorang wartawan Australia tertawa
kameranya batuk-batuk,
meludah dan pingsan di halaman gereja

Seorang tentara Indonesia masukangin
lalu mencret dan muntah-muntah
bedil-bedil yang dipeluknya
menggigil, pusing
dan ikut memuntahkan pelurunya

Dan seorang perjaka Timor Timur termenung
dia bingung memikirkan rambutnya
yang keriting
dia sedih melihat kulitnya yang hitam
dia sangat sedih dan bingung
tapi sulit menangis
dia pusing
tapi tak berani meludah, tak berani batuk,
mencret
atau muntah-muntah.


Jakarta, 1987


Timor Timur Part II

Timor Timur tidak selalu harus peluru
tidak selalu harus darah
head line koran
dan warta berita TIVI
bekas koloni Portugal itu
juga bisa berarti kayu cendana
kopi arabika dan batu akik

Cendana Timor Timur itu harum
kayunya bisa diukir-ukir jadi patung
digergaji jadi kipas
dan serbuknya dapat disuling
jadi minyak sandal wood
yang bernilai tinggi
sebagai komoditas ekspor nonmigas
penghasil devisa negara
ampas cendana itu bisa dibuat hio
dan dibakar oleh penganut Kong Hu Cu
untuk mendatangkan suasana surgawi
yang mistis

Meskipun baunya harum
sosok kayu cendana sangat sederhana
mirip kayu bakar biasa
dan para pejabat dari Jakarta
biasa menentengnya sebagai suvenir
sepulang dari tugas ke Timor Timur

Kadang-kadang pada potongan
kayu cendana itu
ada bebeapa lubang kecil
berwarna hitam
mirip liang kumbang
namun kalau lubang itu
dikorek dan dibuka
di empelur kayu yang keras itu
terperam sebutir peluru
M 16.

Jkt. 1991


Bulan Oktober di Sebuah Desa di Timor Timur

I.  hujan belum juga mau turun
di sebuah ruangan 6 x 10 meter
beratap seng
berdinding triplek
udara sangat panas
debu
serutan kayu
serbuk gergaji
paku-paku
pukulan palu
keringat
di ruangan itu seorang ibu
menuangkan teh
ke dalam cangkir suaminya
di antara tumpukan kayu
di antara pukulan-pukulan palu
ibu itu menyendok gula
lalu mengaduknya
dia bangga
dulu, 2.000 tahun yang lalu
Maria, ibu Jesus
juga melakukan hal yang sama
menuang anggur
di cangkir suaminya
di antara tumpukan kayu
di antara pukulan-pukulan palu.

II.  awan mulai kelihatan
namun hujan masih saja enggan datang
rumput-rumput mengering
batang cendana meranggas
langit itu biru
tapi menyilaukan
di sebuah gubuk
berukuran 4 x 6 meter
bertiang bambu
beratap ilalang
beberapa ekor sapi dan domba
mengunyah jerami
di atas tumpukan kotoran
urine
lalat
udara yang panas
siang itu seorang ibu
menuangkan seember air
ke tempat minum
sapi dan domba-domba itu bangkit
lalat beterbangan
bau amoniak merebak
aroma jerami busuk menusuk
namun ibu itu tak terganggu
dulu, 2.000 tahun yang lalu
Maria, ibu Jesus
pasti mencium aroma yang lebih kuat
yang lebih tak menyenangkan
di sebuah gua di kota Betlehem
dalam cuaca malam gurun yang dingin
ketika akan melahirkan anak tunggalnya

III.  meskipun cuaca tetap panas
kadang-kadang hujan sudah mulai
membasahi bukit-bukit itu
di sebuah kuburan
gundukan tanah yang masih baru
sebuah salib kayu sederhana
taburan mawar dan pacar cina
ibu itu berdoa
kepalanya menunduk
tangannya mendekap dada
di bawah gundukan tanah ini
anak laki-lakinya
yang masih sangat muda
telah berdarah dan terbujur kaku
luka-luka
tapi ibu itu tak lagi menangis
tak ada yang perlu disesalkan
tak ada yang mesti diratapi
ibu itu menyeka keringat
dengan ujung selendangnya
dulu, 2.000 tahun yang lalu
Maria, ibu Jesus
pasti jauh lebih berduka
pasti jauh lebih terhina
daripada dirinya
ketika menyaksikan
anak laki satu-satunya
luka-luka
berdarah
lalu terbujur kaku
di pangkuannya.


Sumber

http://frahardi.wordpress.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsipius Doutrina Sosial Igreja No Prinsipius Filozofikus -Ideolojikus Fretelin

East Timor Revisited: Ford, Kissinger and the Indonesian Invasion, 1975-1976

Poezia Ida, Depois Festa Fulan-Agostu